SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN (STUDI KASUS : KABUPATEN PELALAWAN, Provinsi Riau )

Falevi, Reza (2019) SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN HUTAN (STUDI KASUS : KABUPATEN PELALAWAN, Provinsi Riau ). Other thesis, Universitas Lancang Kuning.

[img] Text
Cover.pdf

Download (190kB)
[img] Text
Abstrak.pdf

Download (111kB)

Abstract

Sebaran Titik Panas (hotspot) Didalam Kawasan Hutan Dan Kawasan Hutan di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Dibimbing oleh Ibu Ambar Tri Ratnaningsih, S.Hut.,M.Si dan Bapak Muhammad Ikhwan, S.Hut., M.Si. Pelalawan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki jumlah hotspot tertinggi. Untuk mengetahui peluang terjadinya kebakaran biasanya digunakan hotspot melalui citra satelit dengan menganalisa data titik panas (hotspot) dan luasan kebakaran hutan dan lahan (burned area) melalui pemanfaatan teknologi penginderaan jauh. Kegiatan pemantauan dilakukan melauui analisis data titik panas (hotspot) yang diperoleh dari citra satelit Suomi NPP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran titik panas (hotspot) didalam kawasan hutan & diluar kawasan hutan dan membuat membuat peta sebaran titik panas (hotspot). Metode penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Pelalawan di Kecamatan Langgam, Ukui dan Pangkalan Kuras menggunakan data hotspot 2015 - 2017 diolah menggunakan software Arcgis dengan mengumpulkan data sekunder berupa titik panas (hotspot) tahun 2015-2017, tutupan lahan Kab. Pelalawan, fungsi kawasan hutan Kab. Pelalawan dan batas adminstratif Kab. Pelalawan. Dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan pengolahan data deskriptif. Berdasarkan sumber dari hasil pengolahan data pada arcgis terdapat sebaran hotspot pada masing – masing fungsi kawasan yaitu didalam kawasan hutan HP 47 hotspot, HPK 21 hotspot, HPT 109 hotspot, KSA/KPA 404 hotspot, HL 0 hotspot. Sedangkan di liau kawasan hutan APL 52 hotspot dan AIR 0 hotspot. Jumlah hotspot pada tahun 2015 – 2017 terdapat sebanyak 633 titik hotspot yang menunjukkan perubahan setiapnya. Deteksi titik hotspot tertinggi ada pada tahun 2015, sedangkan deteksi yang terendah ada pada tahun 2017. Dan juga jumlah hotspot yang terdeteksi pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan tahun setelahnya yang mengalami penurunan dati tahun ke tahunnya. Jumlah deteksi titik panas (hotspot) bulanan rata-rata dari tahun 2015-2017 menunjukkan bahwa jumlah hotspot mulai meningkat yaitu pada bulan Juni dan akan mencapai puncak pada bulan Juli. Pada bulan Agustus mengalami penurunan sampai pada titik terendah yaitu pada bulan Oktober. Deteksi hotspot bulanan rata-rata tertinggi di Kabupaten Pelalawan pada periode 2015-2017 terjadi pada bulan Juli yakni sebanyak 100 titik. Pada saat jumlah hari hujan yakni sebanyak 7 hari. Jumlah hari hujan rata-rata perbulan tertinggi terjadi pada bulan November, dimana pada bulan ini terdeteksi hotspot yaitu 0 titik hotspot. Sepanjang periode tahun 2015 – 2017 diwilayah kabupaten Pelalawan selalu terdeteksi adanya hotspot. Jumlah deteksi hotspot tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 499 titik. Pada saat nilai curah hujan tahunan sebesar 3795 mm sedangkan jumlah titik hotspot tahunan terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu sebanyak 36 titik pada saat nilai curah hujan tahunan sebesar 4527 mm.

Item Type: Thesis (Other)
Subjects: S Agriculture > SD Forestry
Divisions: Fakultas Kehutanan > Prodi Ilmu Kehutanan
Depositing User: mhs ip wira wahyu
Date Deposited: 08 Jun 2022 04:16
Last Modified: 08 Jun 2022 04:16
URI: http://repository.unilak.ac.id/id/eprint/1853

Actions (login required)

View Item View Item