PANTUN MELAYU RIAU: REFLEKSI NILAI MASYARAKAT MELAYU SUATU TINJAUAN SOSIOLOGIS

Syam, Essy (2007) PANTUN MELAYU RIAU: REFLEKSI NILAI MASYARAKAT MELAYU SUATU TINJAUAN SOSIOLOGIS. Jurnal Ilmu Budaya, 3 (2). pp. 1-13. ISSN 1829-8338

[img] Text
696-Article Text-1260-1-10-20180315.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Share Alike.

Download (3MB)
Official URL: https://journal.unilak.ac.id/index.php/jib/article...

Abstract

Analisis ini memperlihatkan hubungan yang sangat erat antara suatu. karya (pantun Melayu, khususnya Melayu Riau) dengan masyarakat Melayu itu sendiri. Hal ini didukung oleh konsep yang menegaskan bahwa suatu karya adalah refleksi dari masyarakatnya. Penelitian ini memperlihatkan keterikatan antara pantun dengan masyarakat Melayu Riau khususnya dan masyarakat Melayu yang lebih luas pada umumnya, karena pantun selalu identik dengan orang Melayu. Sebagai karya yang dihasilkan oleh masyarakat Melayu, pantun mengandung nilai-nilai kemelayuan yang menjadi ciri orang Melayu yang berfikir metaf orik dengan menggunakan perlambang sebagai cara untuk menghindar dari menggunakan ungkapan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Di samping itu, pantun menunjukkan budi bahasa seseorang sehingga untuk menjaga budi bahasa dan prilakunya orang-orang Melayu menjadi masyarakat yang berpantun. Analisis ini membuktikan bahwa pantun Melayu, khususnya pantun nasehat yang dianalisis dalam analisis ini merupakan refleksi masyarakat Melayu yang terikat dengan alam dan terikat dengan agama (Islam ). Keterikatan masyarakat Melayu dengan alam terrefieksi dari pilihan kata yang dipakai dalam pantun­pantun nasehat tersebut, dimana kata-kata yang digunakan dalam sampiran adalah kata-kata benda seperti hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain yang dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan alam, seperti padi, buli-buli, buaya, kerang, pagar, rebung, buluh dan sebagainya. Selain itu pantun­pantun tersebut juga menggunakan kata-kata yang menunjukkan aktifi.tas orang Melayu seperti bercocok tanam, bertani, berburu, menangkap ikan, dan lain sebagainya. Hal lain yang terrefleksi dari pantun nasehat ini adalah keterikatan orang Melayu dengan agamanya. Dari kecil seorang anak dinasehati orang tuanya untuk menjalankan ibadah agama seperti mengaji, sembahyang ( sholat ), bertaubat, dan lainnya. Selain itu tuntunan agama yang menjadi pedoman manusia untuk bertingkah laku yang baik juga tergambar dalam pantun-pantun nasehat tersebut. Seorang anak dinasehati untuk tidak mencintai dunia, tidak memfitnah orang, tidak menyusahkan orang lain, tidak makan sembarangan, tidak berkata kasar dan tidak sombong. Keywords: Pantun, Melayu, Alam, Agama

Item Type: Article
Subjects: P Language and Literature > PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania
Divisions: Jurnal UNILAK > Jurnal Ilmu Budaya
Depositing User: Putri Novianti
Date Deposited: 10 Dec 2019 04:43
Last Modified: 10 Dec 2019 04:43
URI: http://repository.unilak.ac.id/id/eprint/655

Actions (login required)

View Item View Item